Hai.. Diariku yang manis. kenalan
dulu ya ! namaku Zakiyah Windayanti, temen-temenku biasa panggil aku Wiwin.
Nah, sekarang kamu bakal jadi temen curhat wiwin. mau kan ?
di jamin asyik deh.
Oh iya. Barusan, saat aku beli kamu.
aku sempat nyari buku novel dengan judul "Ayat Ayat
Cinta" karya Habiburrahman el-Sirazi. Nah, pas aku cari di tempat
yang di tunjukin oleh petugas, ternyata sudah kehabisan. karna belum yakin,
maka aku mencari di rak-rak buku panjang di sekitarnya.
"Mungkin
terselip di antara buku-buku yang lain" begitu pikirku. Soalnya, barusan
kata petugas masih tersisa satu. Tiba-tiba ada suara berat yang menyapaku dari
arah belakang
"
Cari apa dik, mungkin ada yang bisa saya bantu ?". aku menoleh sekilas,
namun aku cuek dan mataku kembali melototin deretan buku yang tertata rapi.
"Saya
petugas kok !" ia mencoba meyakinkan aku kalau dia tidak Cuma sekedar
iseng seperti kebanyakan. Namun, aku ngak langsung percaya aja sama cowok itu.
Soalnya, ia tidak mengenakan seragam resmi seperti petugas. biarpun ia ternyata
seganteng Sahrul Gunawan. merasa paham atas rasa penasaranku, ia beralasan
kalau akhir-akhir ini sedang santernya penguntil, maka salah satu petugas harus
ada yang menyamar sebagai pelanggan. akhirnya aku utarakan juga keluhanku, dan
ia mengajakku mengelilingi hampir seluruh stand buku yang ada, namun ada yang
janggal dari sikapnya, ia selalu menyembunyikan sebelah tangannya di balik
punggung. dan setelah lama muter-muter, akhirnya ketemu juga buku yang aku
cari. dan si tampanpun langsung undur diri. tapi kali ini, ia melangkah pergi
dengan melambaikan kedua tangannya.
eh..
hampir aja aku lupa melangkah kearah yang berlawanan dengan cowok barusan.
seharusnya kan,
aku harus ikut dia kekasir. Namun, ketika aku ingin bayar ternyata sudah ada
yang ngelunasin. dan dari keterangan kasir, ternyata cowok barusan yang telah
ngebayarnya. dan dia tuh bukannya karyawan melainkan murni pembeli. dan seperti
aku, dia juga ngincer buku yang sama.
Wah,
aku jadi bingung atas sikapnya. kok mau-maunya dia ngorbanin buku yang ia
umpetkan di punggungnya. Terus, masih ngajak aku muter-muter, sekedar cari
alasan buat ngalah sama aku. kasian ya.? aku jadi nyessel ngak tau namanya.
Padahal, dia baik banget, tampan lagi.. udah ah kok jadi mikirin orang ngak di
kenal sih .? lagian, sudah larut nih.
Met malam diariku.
Pertengahan
januari, 2007
Tadi pagi, saat aku jalan-jalan
bareng teman-teman sekolah. kami berlima ingin menghirup udara pagi yang sejuk dan
menikmati pemandangan sawah yang hijau membentang. sambil menyambut kelahiran
mentari dari balik “gunung putri” yang menjulang. karna lelah, kami sepakat untuk melepas lelah
sejenak di gardu yang terletak dipinggir sawah. belum lama kami duduk, tiba-tiba
teman-temanku berkasak-kusuk
“Cowok
ganteng tuh”.
“Bodinya
atletis loh”.
“Eh
mungkin sudah punya istri, tuh bocah yang bersamanya, mungkin aja anaknya”.
“Ah..
mana mungkin. masih muda gitu kok”. karena penasaran, maka ku kutolehkan
wajahku kearah cowok yang mereka maksud. ternyata .. dia cowok yang ngerjain
aku di toko buku beberapa hari yang lalu itu. aku pengen loncat karena terlalu
girang, tapi aku juga malu hendak menyapa dia. Teman-temanku pun mulai
menyapanya dan satu-persatu memperkenalkan diri "Vila". "Yuli".
"Heni". "Siti" dan, tinggal aku yang belum, karena aku
pengen dia sendiri yang tanya sama aku. dan ternyata seperti dugaanku, kulihat
dia menatapku, menanti aku menyebutkan nama
"Wiwin".
"nama
panjangnya .?".
"Zakiyah
Windayanti" agak canggung dan malu aku sebutkan nama lengkapku, yang aku
sendiri hampir melupakannya
"nama
mas .?". aku balik bertanya sama dia
"Yusuf,
Muhammad Yusuf. Eh kok ngak dipanggil Zakiyah aja .? Kan lebih cantik" terus terang, baru
kali ini ada orang yang memperhatikan betul namaku. apalagi mengubah nama
panggilanku
"Ehm..
maaf bukannya sok tahu, cuma menurut aku sih, nama Zakiyyah lebih cocok buat
gadis cantik kayak kamu, gitu aja" ralatnya hati-hati, takut aku ngak
suka. Tapi, terus terang aku malah sangat suka, apalagi dibilang cantik. Hm..
bisa dibayagin wajahku kala itu, bersemu semerah tomat
"ah..
ngak apa-apa. malah aku suka kok. Oh iya, makasih atas bukunya" kulihat
mas yusuf mengangguk kecil sambil tersenyum. dan senyumnya itu manis banget.
aku jadi terpesona. kalau sekarang aku sedang ngiris bawang, mungkin jari
jemariku akan terpotong tanpa terasa. kayak di kisah nabi Yusuf itu, hi..
serem, terpesona malah bikin hilang jemari. Saat dia pergi, teman-temanku
langsung nanya yang ngak-ngak soal mas yusuf ke aku. Maklum, mereka kan sedari tadi seakan
ngak diperhatiin sama mas Yusuf. jadinya malah ngegodain Yahya anak kecil yang
bareng sama mas Yusuf.
"Hem..
Zakiyyah, namanya yang cantik atau orangnya ..?" celetukku dalam
hati.
"kok
senyum senyum sendirian sih" tegor teman temanku. namun aku malah senyum
buat mereka, "he.. he.. ngak tau perasaanku sih".
Awal
Maret, 2007
Wah, gawat! mas Yusuf ternyata
seorang guru ngaji di desa sebelah. katanya sih, dia itu ditugas oleh salah
satu pesantren besar di jawa timur ini, untuk ngebantu pendidikan agama di
madrasah yang membutuhkan bantuan tenaga pengajar. dan lagi, dia Cuma setahun
disini. terlalu sebentar deh. sennang sih, bisa tau di mana ia berada. tapi,
aku jadi keki nih, bayangkan aja mana mungkin, seorang ustadz mau sama cewek
modernis kayak aku, yang sholatnya aja jarang dilakoni, ngak bisa ngaji apalagi
tanpa kerudung. kayaknya mustahil deh. eit… gimana kalau belajar ngajinya sama
mas Yusuf aja. minta diajarin gitu. Duh, masih ada harapan rupanya. "Mas Yusuf..!
Zakiyyah datang" ups.. kebablasan ngelamunnya. sori deh diariku yang imut,
muuach…
Akhir
Maret, 2007
Sore tadi, aku ketemu lagi sama mas
Yusuf. tepatnya saat dia keluar dari "Graha Film" saat aku Tanya, apa
isi plastic hitam yang dibawanya. dia bilang, kalau habis nyuci film. dan
dengan sedikit agak maksa. akhirnya aku diperlihatkan foto yang baru diambilnya
itu.
Wah,
ternyata itu foto mas Yusuf sendiri. terlihat ia berdiri tegap di pinggir
pantai ketika senja dengan senyum yang menawan, ia lambaikan tangannya kearah
kamera seakan ia menyapa tiap orang yang melihatnya. karena kesem-sem sama foto
cakep itu, maka aku ngotot untuk memilikinya. akhirnya mas yusuf mau mengalah,
dan kulihat ia pun tersenyum mengikhlaskan. dan kukasih ia sebuah novel dengan
judul "Pudarnya Pesona Cleopatra" sebagai gantinya. Duh, aku tadi
ngak sempat membeli bingkai foto ditoko. ya udah, aku titip di balik
lembar-lembarmu. Bolehkan .? Diariku yang manis, tolong jaga dia baik-baik ya!.
Pertengahan
April, 2007
Wah diary! aku sumringah banget saat
ini. Soalnya, tadi sore aku menemui mas Yusuf di pesantren al-Ihsan. dan dia
menerima aku sebagai murid ngajinya. walaupun yang bertanggung jawab sepenuhnya
tentang aku, di pasrahkan ke ustadzah Dian. tapi aku cukup senang. karena
dengan begitu, aku akan lebih sering ketemu sama mas yusuf. Wah.. gimana
kabarnya nanti ya ? jadi ngak sabaran nih nunggu hari esok .
Akhir
bulan april, 2007
Ternyata, mbak Dian
orangnya baik, pengertian, sabar dan cerdas. Bahkan, ia sudah menghafal seluruh
alquran yang tebal itu. disamping orangnya cakep banget, seperti Dian Sastro
yang lagi pake’ jilbab. Duh, jadi ngiri nih. Namun, yang terpenting, banyak hal
yang aku tahu dan mengerti berkat bantuan didikannya. dia benar-benar sosok
yang aku kagumi luar dalam. Eh.. tahu ngak .? sekarang aku udah pake’ jilbab.
dan lagi-lagi mas yusuf memujiku “tambah cantik” katanya. ehm..
Akhir
Juli, 2007
Aku benci mbak Dian…! Aku juga benci
mas Yusuf. kalian jahat banget ….! ugh. aku sebel. Tahu ngak .? Barusan, sehabis
ngaji, saat mbak Dian beranjak dari tempat duduknya. aku lihat ada selembar
foto terjatuh dari selipan lembar-lembar mushafnya. setelah aku pungut,
ternyata …ternyata itu fotonya kak yusuf. Persis, seperti yang aku pinta
beberapa bulan lalu. saat aku larut dalam keterkejutanku. ternyata mbak Dian
sudah berdiri di depanku. Hendak meminta foto yang terjatuh miliknya. dan
sambil malu-malu ia akui, kalau mereka sudah jadian. Walaupun, dia dan mas
Yusuf sekedar Ta’arruf saja. tapi kan,
sama saja menurutku. sebbel .. aku ngak bisa ngelupain mas Yusuf. aku suka sama
dia. Tapi, mbak Dian…..ugh sebbel deh.!
Pertenghan
Agustus, 2007
Lama udah aku ngak belajar ngaji ke
mbak Dian. jadi ngerasa bersalah deh aku sama dia. Soalnya, selama ini ia baik
banget sama aku. emang sih, kalo di pikir-pikir, mbak Dian lebih berhak
ngedapetin mas Yusuf ketimbang aku. tapi
gimana ya..? kayaknya susah deh, kalau
mau ngalah dalam masalah cinta. Hm…. Apa
sebaiknya aku minta maaf ya..? ah, mana ada cinta yang rela di bagi. Duh pusing
deh mikirinnya.
Akhir
Agustus, 2007
Ternyata aku harus ngaku kalah sama
mbak Dian. kamu tahu ngak diary .? tadi pagi, acara pelepasan mas Yusuf
dipondok al-Ihsan. Saat memberikan sambutan terakhir mas yusuf membacakan puisi
yang di karangnya.
Antara
Ada Dan Tiada
Aku
hidup, tapi hidupku tak berharga
Aku
bernafas, tapi nafasku hampa
Aku
bernyawa, tapi nyawaku sia
Aku
ada, tapi keberadaanku tiada guna
Karna
aku, bukanlah siapa
Yang
dikenang jasanya
Yang
ditangisi kepergiannya
Kehidupanku,
hanyalah fatamorgana
Yang
sia dan tak nyata
Kehidupanku
penuh drama
Yang
menangis, dan tertawa dengan bersandiwara
Kehidupanku
Cuma ilusi dan khayalan belaka
Ketiadaanku,
mungkin lebih baik baginya
Kepada
tuhan, kupasrahkan segalanya
Karna
dialah, penuntun diriku dan dirinya
Kata-katanya,
membuat para santri putra dan putri di liputi haru tangis. Terlebih, ketika dia
berjalan menuju mobil yang di sediakan untuk menghantar kepulangannya ke
kampung halaman. tangis mereka semakin pecah dan menjadi-jadi. mereka berjejer rapi dan kemudian satu-persatu
berjabatan tangan sambil mencium tangannya.
sedang
aku dan mbak Dian, menanti di samping mobil. kulihat wajah mbak dian tertunduk,
air matanya tak henti mengalir. matanya terlihat bengkak, karna tangisnya yang
tak kunjung reda sejak tadi malam. merasa kasihan, ku peluk tubuhnya yang
terlihat agak kurus karna akhir-akhir ini jarang mau makan dan tidur.
“Sedemikian
besarkah cintamu mbak .?” tanyaku dalam hati. sambil mendekapnya erat-erat.
sampai akhirnya, mas Yusuf menuju kearah kami. Lalu Kubiarkan ia mendekati mbak
Dian, mengucapkan kata-kata perpisahan dan menyuruhnya sabar
“Kalau
takdir menentukan. Suatu saat nanti, pasti kita akan bertemu kembali. Insya
Allah”. Kata-katanya terdengar bergetar. Aku tahu, mas Yusuf pasti juga
merasakan hal yang sama seperti halnya mbak Dian. hanya saja mas Yusuf orangnya
tabah dan Tegar dalam kondisi apapun. Makanya, ia tidak terlihat meneteskan air
mata. hanya saja, wajahnya terlihat sayu dan sedih. Baru kemudian, ia berpaling padaku
“Zakiyah.
Mas harap kamu tidak balik lagi seperti dulu, kamu tahu kan artinya Zakiyah itu apa .? Zakiyah
artinya suci. Mas ingin kamu jadi perempuan yang suci dan selalu menjaga
kesucian hati dan diri kamu. Mas mohon, kamu penuhi permintaan mas yang terakhir
ini” aku mengangguk pelan. dan tanpa terasa, air hangat tumpah membanjiri
pipiku, dan sebelum tanganku mengusapnya, sapu tangan mbak Dian terlebih dahulu
menyentuh pipiku dan kemudian mengusap derai-derai air mataku yang tak
terbendung itu.
Kami
berpelukan, melepas kepergian mas yusuf yang melaju dengan mobil yang
membawanya, menjauh sampai hilang ditikungan jalan. Selamat tinggal mas Yusuf. selamat tinggal cinta.Akhir 2007
0 comments:
Post a Comment