Tuesday, July 17, 2012

Love In My Diary

Awal januari, 2007
            Hai.. Diariku yang manis. kenalan dulu ya ! namaku Zakiyah Windayanti, temen-temenku biasa panggil aku Wiwin. Nah, sekarang kamu bakal jadi temen curhat wiwin. mau kan ?  di jamin asyik deh.
            Oh iya. Barusan, saat aku beli kamu. aku sempat nyari buku novel dengan judul "Ayat  Ayat  Cinta" karya Habiburrahman el-Sirazi. Nah, pas aku cari di tempat yang di tunjukin oleh petugas, ternyata sudah kehabisan. karna belum yakin, maka aku mencari di rak-rak buku panjang di sekitarnya.
"Mungkin terselip di antara buku-buku yang lain" begitu pikirku. Soalnya, barusan kata petugas masih tersisa satu. Tiba-tiba ada suara berat yang menyapaku dari arah belakang
" Cari apa dik, mungkin ada yang bisa saya bantu ?". aku menoleh sekilas, namun aku cuek dan mataku kembali melototin deretan buku yang tertata rapi.
"Saya petugas kok !" ia mencoba meyakinkan aku kalau dia tidak Cuma sekedar iseng seperti kebanyakan. Namun, aku ngak langsung percaya aja sama cowok itu. Soalnya, ia tidak mengenakan seragam resmi seperti petugas. biarpun ia ternyata seganteng Sahrul Gunawan. merasa paham atas rasa penasaranku, ia beralasan kalau akhir-akhir ini sedang santernya penguntil, maka salah satu petugas harus ada yang menyamar sebagai pelanggan. akhirnya aku utarakan juga keluhanku, dan ia mengajakku mengelilingi hampir seluruh stand buku yang ada, namun ada yang janggal dari sikapnya, ia selalu menyembunyikan sebelah tangannya di balik punggung. dan setelah lama muter-muter, akhirnya ketemu juga buku yang aku cari. dan si tampanpun langsung undur diri. tapi kali ini, ia melangkah pergi dengan melambaikan kedua tangannya.
eh.. hampir aja aku lupa melangkah kearah yang berlawanan dengan cowok barusan. seharusnya kan, aku harus ikut dia kekasir. Namun, ketika aku ingin bayar ternyata sudah ada yang ngelunasin. dan dari keterangan kasir, ternyata cowok barusan yang telah ngebayarnya. dan dia tuh bukannya karyawan melainkan murni pembeli. dan seperti aku, dia juga ngincer buku yang sama.
Wah, aku jadi bingung atas sikapnya. kok mau-maunya dia ngorbanin buku yang ia umpetkan di punggungnya. Terus, masih ngajak aku muter-muter, sekedar cari alasan buat ngalah sama aku. kasian ya.? aku jadi nyessel ngak tau namanya. Padahal, dia baik banget, tampan lagi.. udah ah kok jadi mikirin orang ngak di kenal sih .? lagian, sudah larut nih.  Met malam diariku.

Pertengahan januari, 2007
            Tadi pagi, saat aku jalan-jalan bareng teman-teman sekolah. kami berlima ingin menghirup udara pagi yang sejuk dan menikmati pemandangan sawah yang hijau membentang. sambil menyambut kelahiran mentari dari balik “gunung putri” yang menjulang.  karna lelah, kami sepakat untuk melepas lelah sejenak di gardu yang terletak dipinggir sawah. belum lama kami duduk, tiba-tiba teman-temanku berkasak-kusuk
“Cowok ganteng tuh”.
“Bodinya atletis loh”.
“Eh mungkin sudah punya istri, tuh bocah yang bersamanya, mungkin aja anaknya”.
“Ah.. mana mungkin. masih muda gitu kok”. karena penasaran, maka ku kutolehkan wajahku kearah cowok yang mereka maksud. ternyata .. dia cowok yang ngerjain aku di toko buku beberapa hari yang lalu itu. aku pengen loncat karena terlalu girang, tapi aku juga malu hendak menyapa dia. Teman-temanku pun mulai menyapanya dan satu-persatu memperkenalkan diri "Vila". "Yuli". "Heni". "Siti" dan, tinggal aku yang belum, karena aku pengen dia sendiri yang tanya sama aku. dan ternyata seperti dugaanku, kulihat dia menatapku, menanti aku menyebutkan nama
"Wiwin".
"nama panjangnya .?".
"Zakiyah Windayanti" agak canggung dan malu aku sebutkan nama lengkapku, yang aku sendiri hampir melupakannya
"nama mas .?". aku balik bertanya sama dia
"Yusuf, Muhammad Yusuf. Eh kok ngak dipanggil Zakiyah aja .? Kan lebih cantik" terus terang, baru kali ini ada orang yang memperhatikan betul namaku. apalagi mengubah nama panggilanku
"Ehm.. maaf bukannya sok tahu, cuma menurut aku sih, nama Zakiyyah lebih cocok buat gadis cantik kayak kamu, gitu aja" ralatnya hati-hati, takut aku ngak suka. Tapi, terus terang aku malah sangat suka, apalagi dibilang cantik. Hm.. bisa dibayagin wajahku kala itu, bersemu semerah tomat
"ah.. ngak apa-apa. malah aku suka kok. Oh iya, makasih atas bukunya" kulihat mas yusuf mengangguk kecil sambil tersenyum. dan senyumnya itu manis banget. aku jadi terpesona. kalau sekarang aku sedang ngiris bawang, mungkin jari jemariku akan terpotong tanpa terasa. kayak di kisah nabi Yusuf itu, hi.. serem, terpesona malah bikin hilang jemari. Saat dia pergi, teman-temanku langsung nanya yang ngak-ngak soal mas yusuf ke aku. Maklum, mereka kan sedari tadi seakan ngak diperhatiin sama mas Yusuf. jadinya malah ngegodain Yahya anak kecil yang bareng sama mas Yusuf.
"Hem.. Zakiyyah, namanya yang cantik atau orangnya ..?" celetukku dalam hati. 
"kok senyum senyum sendirian sih" tegor teman temanku. namun aku malah senyum buat mereka, "he.. he.. ngak tau perasaanku sih".

Awal Maret, 2007
            Wah, gawat! mas Yusuf ternyata seorang guru ngaji di desa sebelah. katanya sih, dia itu ditugas oleh salah satu pesantren besar di jawa timur ini, untuk ngebantu pendidikan agama di madrasah yang membutuhkan bantuan tenaga pengajar. dan lagi, dia Cuma setahun disini. terlalu sebentar deh. sennang sih, bisa tau di mana ia berada. tapi, aku jadi keki nih, bayangkan aja mana mungkin, seorang ustadz mau sama cewek modernis kayak aku, yang sholatnya aja jarang dilakoni, ngak bisa ngaji apalagi tanpa kerudung. kayaknya mustahil deh. eit… gimana kalau belajar ngajinya sama mas Yusuf aja. minta diajarin gitu. Duh, masih ada harapan rupanya. "Mas Yusuf..! Zakiyyah datang" ups.. kebablasan ngelamunnya. sori deh diariku yang imut, muuach…

Akhir Maret, 2007
            Sore tadi, aku ketemu lagi sama mas Yusuf. tepatnya saat dia keluar dari "Graha Film" saat aku Tanya, apa isi plastic hitam yang dibawanya. dia bilang, kalau habis nyuci film. dan dengan sedikit agak maksa. akhirnya aku diperlihatkan foto yang baru diambilnya itu.
Wah, ternyata itu foto mas Yusuf sendiri. terlihat ia berdiri tegap di pinggir pantai ketika senja dengan senyum yang menawan, ia lambaikan tangannya kearah kamera seakan ia menyapa tiap orang yang melihatnya. karena kesem-sem sama foto cakep itu, maka aku ngotot untuk memilikinya. akhirnya mas yusuf mau mengalah, dan kulihat ia pun tersenyum mengikhlaskan. dan kukasih ia sebuah novel dengan judul "Pudarnya Pesona Cleopatra" sebagai gantinya. Duh, aku tadi ngak sempat membeli bingkai foto ditoko. ya udah, aku titip di balik lembar-lembarmu. Bolehkan .? Diariku yang manis, tolong jaga dia baik-baik ya!.

Pertengahan April, 2007
            Wah diary! aku sumringah banget saat ini. Soalnya, tadi sore aku menemui mas Yusuf di pesantren al-Ihsan. dan dia menerima aku sebagai murid ngajinya. walaupun yang bertanggung jawab sepenuhnya tentang aku, di pasrahkan ke ustadzah Dian. tapi aku cukup senang. karena dengan begitu, aku akan lebih sering ketemu sama mas yusuf. Wah.. gimana kabarnya nanti ya ? jadi ngak sabaran nih nunggu hari esok .

Akhir bulan april, 2007
            Ternyata, mbak Dian orangnya baik, pengertian, sabar dan cerdas. Bahkan, ia sudah menghafal seluruh alquran yang tebal itu. disamping orangnya cakep banget, seperti Dian Sastro yang lagi pake’ jilbab. Duh, jadi ngiri nih. Namun, yang terpenting, banyak hal yang aku tahu dan mengerti berkat bantuan didikannya. dia benar-benar sosok yang aku kagumi luar dalam. Eh.. tahu ngak .? sekarang aku udah pake’ jilbab. dan lagi-lagi mas yusuf memujiku “tambah cantik” katanya. ehm..               

Akhir Juli, 2007
            Aku benci mbak Dian…! Aku juga benci mas Yusuf. kalian jahat banget ….! ugh. aku sebel. Tahu ngak .? Barusan, sehabis ngaji, saat mbak Dian beranjak dari tempat duduknya. aku lihat ada selembar foto terjatuh dari selipan lembar-lembar mushafnya. setelah aku pungut, ternyata …ternyata itu fotonya kak yusuf. Persis, seperti yang aku pinta beberapa bulan lalu. saat aku larut dalam keterkejutanku. ternyata mbak Dian sudah berdiri di depanku. Hendak meminta foto yang terjatuh miliknya. dan sambil malu-malu ia akui, kalau mereka sudah jadian. Walaupun, dia dan mas Yusuf sekedar Ta’arruf saja. tapi kan, sama saja menurutku. sebbel .. aku ngak bisa ngelupain mas Yusuf. aku suka sama dia. Tapi, mbak Dian…..ugh sebbel deh.!

Pertenghan Agustus, 2007
            Lama udah aku ngak belajar ngaji ke mbak Dian. jadi ngerasa bersalah deh aku sama dia. Soalnya, selama ini ia baik banget sama aku. emang sih, kalo di pikir-pikir, mbak Dian lebih berhak ngedapetin mas  Yusuf ketimbang aku. tapi gimana ya..?  kayaknya susah deh, kalau mau  ngalah dalam masalah cinta. Hm…. Apa sebaiknya aku minta maaf ya..? ah, mana ada cinta yang rela di bagi. Duh pusing deh mikirinnya.

Akhir Agustus, 2007
            Ternyata aku harus ngaku kalah sama mbak Dian. kamu tahu ngak diary .? tadi pagi, acara pelepasan mas Yusuf dipondok al-Ihsan. Saat memberikan sambutan terakhir mas yusuf membacakan puisi yang di karangnya.
Antara Ada Dan Tiada

Aku hidup, tapi hidupku tak berharga
Aku bernafas, tapi nafasku hampa
Aku bernyawa, tapi nyawaku sia
Aku ada, tapi keberadaanku tiada guna

Karna aku, bukanlah siapa
Yang dikenang jasanya
Yang ditangisi kepergiannya

Kehidupanku, hanyalah fatamorgana
Yang sia dan tak nyata
Kehidupanku penuh drama
Yang menangis, dan tertawa dengan bersandiwara
Kehidupanku Cuma ilusi dan khayalan belaka
Ketiadaanku, mungkin lebih baik baginya

Kepada tuhan, kupasrahkan segalanya
Karna dialah, penuntun diriku dan dirinya

Kata-katanya, membuat para santri putra dan putri di liputi haru tangis. Terlebih, ketika dia berjalan menuju mobil yang di sediakan untuk menghantar kepulangannya ke kampung halaman. tangis mereka semakin pecah dan menjadi-jadi. mereka  berjejer rapi dan kemudian satu-persatu berjabatan tangan sambil mencium tangannya.
sedang aku dan mbak Dian, menanti di samping mobil. kulihat wajah mbak dian tertunduk, air matanya tak henti mengalir. matanya terlihat bengkak, karna tangisnya yang tak kunjung reda sejak tadi malam. merasa kasihan, ku peluk tubuhnya yang terlihat agak kurus karna akhir-akhir ini jarang mau makan dan tidur.
“Sedemikian besarkah cintamu mbak .?” tanyaku dalam hati. sambil mendekapnya erat-erat. sampai akhirnya, mas Yusuf menuju kearah kami. Lalu Kubiarkan ia mendekati mbak Dian, mengucapkan kata-kata perpisahan dan menyuruhnya sabar
“Kalau takdir menentukan. Suatu saat nanti, pasti kita akan bertemu kembali. Insya Allah”. Kata-katanya terdengar bergetar. Aku tahu, mas Yusuf pasti juga merasakan hal yang sama seperti halnya mbak Dian. hanya saja mas Yusuf orangnya tabah dan Tegar dalam kondisi apapun. Makanya, ia tidak terlihat meneteskan air mata. hanya saja, wajahnya terlihat sayu dan sedih.  Baru kemudian, ia berpaling padaku
“Zakiyah. Mas harap kamu tidak balik lagi seperti dulu, kamu tahu kan artinya Zakiyah itu apa .? Zakiyah artinya suci. Mas ingin kamu jadi perempuan yang suci dan selalu menjaga kesucian hati dan diri kamu. Mas mohon, kamu penuhi permintaan mas yang terakhir ini” aku mengangguk pelan. dan tanpa terasa, air hangat tumpah membanjiri pipiku, dan sebelum tanganku mengusapnya, sapu tangan mbak Dian terlebih dahulu menyentuh pipiku dan kemudian mengusap derai-derai air mataku yang tak terbendung itu.
Kami berpelukan, melepas kepergian mas yusuf yang melaju dengan mobil yang membawanya, menjauh sampai hilang ditikungan jalan.  Selamat tinggal mas Yusuf.  selamat tinggal cinta.

Akhir 2007

0 comments:

Post a Comment