Wednesday, July 25, 2012

SAB'AH AL-AHRUF, Dan, Sumber Kemunculan Qira’ah Sab’ah

Prolog
Termasuk wacana kajian seputar ilmu Al-Qur'an yang sengit diperselisihkan adalah sebuah hadits   أنزل القرآنُ على سبعة أحرف”Al-Qur'an diturunkan dengan tujuh huruf” walaupun sebenarnya hadits ini jelas sahih dengan riwayat yang tergolong mutawatir, karna rawi yang meriwayatkannya mencapai 21 sahabat, bahkan sempat adanya sahadah (penyaksian banyak sahabat atas kebenarannya), namun secara global hadits ini banyak menimbulkan kontrofersi mengenai murad dan keberadaannya.
Riwayat dari umar bin khottob, abdulloh bin mas'ud, ubay bin ka'ab dan rawi-rawi lain menyatakan. Bahwa. para shahabat berdebat mas'alah seputar bacaan (Qiraat) dalam al-qur'an, sebagian berbeda dengan yang lainnya dalam membaca suatu ayat. dan masing-masing sama meyakini atas kebenaran bacaannya, akhirnya mereka meminta penjelasan kepada nabi. Nabi kemudian memerintahkan kepada masing-masing untuk membaca bacaannya, lantas beliau membenarkan semuanya tanpa terkecuali dan menyuruh mereka menetapi bacaannya walau masing-masing berbeda, sehingga ada sebagian dari mereka meragukan atas keputusan nabi. Rasulullah pun mengetahuinya Kemudian menepuk dada mereka yang ragu tadi dan berkata “aku diperintah untuk membaca al-qur'an dengan tujuh huruf “.
Dalam redaksi hadits lain yang di riwayatkan abi kuraib. Rasul bersabda.”  أمرني أن أقرأه على سبعة أحرفٍ، من سبعة أبوابٍ من الجنة، كلها شافٍ كافٍ “ “aku diperintah (Allah) untuk membaca Al-Qur'an dengan tujuh huruf dari tujuh pintu surga, semuanya mengobati dan mencukupi “.
Yang di maksud tujuh huruf adalah membaca Al-Qur'an dengan al-sinah as-sab'ah tujuh lisan (bahasa). Namun tetap dengan makna dan artian sama. seperti kata Ta'al dan Halumma dua lafadz sinonim yang memiliki satu arti “kemarilah”
Contoh dalam sebuah ayat “ أَفَلَمْ يَيْئَسِ الَّذِينَ آَمَنُوا “ imam 'ali Kw dan ibnu abbas ra membacanya dengan bahasa lain “ أَفَلَمْ يَتَبيَّنِ الَّذِينَ آمنُوا “ begitu pula ayat “ماينظرون إلا صيحة “ yang oleh abdullah dibaca “ ما ينظرون إلا زَقيةً “.
Mengenai bahasa tujuh yang dimaksud, antar ulama' berbeda pendapat, menurut Abu Hatim Assajastani, tujuh bahasa itu ialah bahasa Quraisy, Hudzail, Tamim, Uzaid, Rabi'ah, hawazin, dan sa'ad bian abi bakar. Menurut yang lain, bahasa Quraisy, Hudzail, Tsaqif, Hawazin, Kinanah, Tamim dan Yaman dan Ada yang mengatakan bahwa tujuh itu adalah tertentu dari bahasa mudlor karna mudlor itu terdapat tujuh qabilah ya'ni Quraisy, Kinanah, Asad, Hudzail, Tamim, Dlobbah dan Qais, dengan berhujjahkan perkataan utsman dan Ali “Al-Qur'an itu diturunkan dengan bahasa Mudlor”.yang lain mengatakan lima bahasa tertentu milik Hawazin, sedang dua lainnya menyeluruh bagi bangsa arab karna Hawazin berdekatan dengan temurunnya wahyu.
Maksud dari perkataan Utsman dan Ali “al-Qur'an diturunkan dengan bahasa mudlor atau qurais” adalah pertama kali Al-Qur'an diturunkan berupa dialek qurais, kemudian agar mudah bagi orang arab yang lain, allah memperbolehkan mereka membaca dengan bahasa masing-masing, sedangkan bagi selain orang arab lebih utama membaca dengan dialek qurais karna keutamaannya, juga bagi mereka yang ingin menghafal Al-Qur'an, maka dia harus dengan qurais sebagaiman pesan Ali pada ibnu mas'ud “ajarilah manusia dengan bahasa quraisy” karna bagi selain arab (ajam) semua dialek arab itu sama-sama sulit maka harus dipilih satu saja, namun yang lebih utama adalah bahasa nabi muhammad, dan untuk membaca yang lain juga diperbolehkan selagi tidak bertentangan dengan mushaf utsmani, sedang bagi orang arab yang kerepotan membaca dengan bahasa qurais maka ia tidak dipaksa untuk membaca dengan bahasa qurais ia diperbolehkan membaca dengan bahasanya bila tercakup dalam tujuh yang dimaksud.
Sedang yang dimaksud dengan tujuh pintu surga adalah ma'na yang ada dalam al-qur'an yang berupa amar, nahi, targhib, tathib, qosos, jadal dan mitsal yang pabila dikerjakan maka pelakunya dijanjikan masuk surga. Pendapat ini tidak bertentangan dengan pendapat ulama' mutaqaddimin.
Yang dimaksud dengan potongan haditsكلها شافٍ كافٍ”   semuanya dari yang tujuh bisa mengobati dan mencukupi” adalah sama dengan sebuah penjelasan dalam surat yunus ayat 57 وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُور Al-Qur'an sebagai obat bagi orang mu`min dari setiap penyakit yang timbul dihati, berupa keraguan dari syetan. Dan sekaligus sudah mencukupi, dengan ayat yang masuk katagori mauidhoh dari salah satu huruf yang tujuh.
Kitab yang turun kepada ummat terdahulu hanya berupa satu bab dan di baca Cuma dengan satu huruf saja, Zabur milik nabi Daud Cuma berisikan tadzkir dan mauidzoh, Injilnya nabi Isa berisikan tamjid, mahamid, haddlu 'ala al-shafhi dan I'rodl, yang jika dibaca tidak dengan bahasa yang diturunkan, maka dikatakan tarjamah atau tafsir, sedangkan Al-Qur'an turun dengan tujuh ma'ani dan bisa dibaca dengan tujuh bahasa, boleh dan mencukupi dengan membaca salah satunya, inilah diantarea keistimewaan dari ummat Muhammad.
Tujuh huruf  itu mempunyai derajat dalam  perbedaannya, ada yang berbeda dalam cara baca dan qiro'ahnya berupa qosr, mad dan lain sebagainya, namun tidak berbeda dalam bentuk tulisannya, sebagian yang lain berbeda dalam bentuk tulisannya, namun sedikit sekali yang seperti ini.
Namun menurut Ibnu al-jazari ulama kemuka dalam bidang tajwid berkomentar bahwa perbedaan dalam masalah idzhar, idghom, raum, isymam, tafkhim, tarqiq, mad, qasr, imalah, tahqiq, tashil, ibdal dan naql bukanlah perbedaan dalam lafadz dan ma'na akan tetapi sifat yang berbeda dalam penyampaiannya (ada') saja yang tidak sampai keluar dari satu huruf yang telah disepakati, seperti membaca imalah dalam lafadz “musa” dan beberapa lafadz lain atau bahkan semua lafadz yang berakhiran alif maqsuroh.
Perbedaan cara baca itu tidaklah sampai merusak arti Al-Qur'an, perbedaan itu hanya mengenai dialek yang masih menjadi kebiasaan yang sukar diubah oleh beberapa qabilah arab, hal ini terjadi tatkala setelah banyak qabilah arab yang berlainan lahjah memeluk islam, tujuannya jelas untuk memberikan keringanan pada ummat dan “Tashil” memberikan kemudahan kepada qabilah selain quraisy dalam membaca Al-Qur'an, kitab suci agama mereka, Sahabat Abdullah mengatakan. Saya mendengar suatu bacaan kemudian aku temukan Mutaqoribain (kesamaan satu sama lain). Maka bacalah sebagaimana yang kalian ketahui, jangan terlalu ketat dan keras. karna hal itu seperti perkataan kalian Halumma, aqbil dan ta'al  yang berarti “kemarilah”.
Dalam jumlah bahasa bacaannya Para sahabat mempunyai fariasi yang berbeda. Imam mujahid membaca dengan lima bacaan, Sa'id bin Jubair dengan dua huruf dan yazid bin walid dengan tiga bahasa.
Suatu ketika sahabat anas membaca sebuah ayat dalam surat al-Muzammilان ناشئة الليل هي اشد وطأ وأصوب قيلا  “ lalu sahabat yang lain (ada yang) menegor “ وأقوم “ lantas anas berkata “ وأقوم , أصوب , أهيأ “ adalah sama.
Hadits Mengenai Sab'ah Ahruf
Diriwayatkan dari ubay bin ka'ab bahwa ketika rasul diperintah untuk membaca dengan Cuma satu huruf, rasul masih mengajukan banding pada jibril “aku mohon ampunan dan perlindungan allah, sesungguhnya ummatku tak akan sanggup” kemudian jibril pun berlalu hal itu terulang sampai empat kali, akhirnya Jibril datang dengan membawa titah “sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk membacakan Al-Qur'an kepada ummatmu dengan tujuh huruf, dari huruf yang mana saja ia membaca maka ia telah benar”. Sebab mengapa Nabi berhenti untuk meminta, setelah jumlah bacaan mencapai tujuh, karna mungkin baliau tahu bahwa ummatnya berbeda dalam tujuh bahasa ini, maka rasul tidak meminta lebih dari itu (7) dalam membaca Al-Qur'an.
Dalam sebuah redaksi suatu ketika Nabi didatangi oleh jibril di hajar al-mira' nabi bersabda “aku diutus kepada ummat yang ummy mereka ada yang budak, pelayan, orang tua yang harus bekerja demi keluarganya, yang tua bangka dan orang yang sama sekali tidak pernah membaca kitab” lantas jibril berkata “bacalah Al-Qur'an dengan tujuh huruf”. Rasululah juga bersabda “Bacalah apa yang paling mudah dari yang tujuh huruf “ sedemikian besar syafaqoh beliau terhadap ummatnya. Dengan memintakan rekomendasi kepada tuhan agar beban ummatnya diberikan keringanan dalam melafadzkan kalam-kalam ilahi tidak dengan satu huruf melainkan dengan tujuh huruf.
Diceritakan oleh Muhammad bahwa malaikat jibril dan mikail mendatangi nabi Muhammad Saw. kemudian jibril berkata “bacalah al-qur'an dengan dua huruf” mikail berseru “tambahlah” “bacalah al-qur'an dengan tiga huruf” begitu seterusnya sampai tujuh huruf . Muhammad (rawi) mengomentari “jangan berbeda dalam masalah halal, haram dan amar, nahinya”.
Rasululah bersabda kepada Umar “wahai umar al-qur'an itu (yang tujuh) semuanya benar selagi tidak kau jadikan ayat rahmat menjadi ayat azhab dan sebaliknya ayat azhab kau baca sebagai ayat rahmat” Ibnu syihab mengatakan “telah sampai padaku bahwa tujuh huruf itu tetap dalam satu perintah (amar)  tidak berbeda dalam segi halal dan haramnya”.
Riwayat dari ibnu mas'ud menyatakan bahwa rasul bersabda “al-qur'an di turunkan dengan tujuh huruf, setiap huruf mempunyai Dhahir (yang jelas / nampak) dan bathin (yang samar).dan setiap huruf ada had (batasan) nya dan setiap had ada tandanya”.
Rasululah bersabda “ragu-ragu dalam al-qur'an adalah kufur” -beliau mengulanginya tiga kali- apa yang kalian ketahui, lakukanlah! (bacalah) dan apa yang tidak kalian ketahui, maka bertanyalah pada orang yang mengetahuinya”. Dalam hadits lain “Barang siapa kufur terhadap satu huruf atau satu ayat dalam Al-Qur'an maka ia telah kufur pada semuanya”.
Dalam redaksinya Umar ra menyatakan bahwa pertemuan jibril dengan Muhammad terjadi di ahjar al-mira' sedang dari ubai bin ka'ab terjadi di 'adho`ah bani ghifar perbedaan ini bisa saja terjadi karna memang ayat dan kronologinya juga berbeda. ayat yang diseterukan oleh umar dengan sahabat lain adalah ayat dalam surat furqon sedang yang diperselisihkan oleh ubay ada pada surat an-nahl.
Dari semua redaksi hadits seakan mengumpulkan bahwa asal mulanya tujuh huruf itu berfariasi, ada yang murni permintaan nabi dengan sedikit bernegoisasi terlebih dahulu kepada jibril, ada yang melalui perantara mika'il dan ada pula yang menyebutkan bahwa tujuh huruf itu perintah mutlak tanpa melalui suatu proses apapun dari jibril.
Tujuh huruf dengan beberapa ta'wilannya
Sebagian dari ummat salaf mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf di sana adalah sab'ah awjah, tujuh macam model penyampaian yang ada dalam al-qur'an yang berupa Amar, nahi, wa'ad, Wa'id, jadal, qosos, mitsal. Namun bila dita'wil sedemikian, maka akan terjadi kontrofersi hukum dalam al-qur'an, maka hukum akan tergantung bagaimana orang membacanya, orang yang membaca suatu ayat dengan teks fardlu, maka ia terkena khitob wajib untuk melaksanakannya, orang yang membaca dengan bentuk tahrim, maka ia pun diharam melakukan apa yang ia baca, begitu pula bagi orang yang membacanya dalam konteks takhyir, maka ia diperkenankan untuk memilih, boleh melaksanakan boleh tidak. Bagaimana hal ini bisa terjadi, padahal Allah swt telah menafikan kontrofersi dalam ayat al-qur'an dengan firmannya dalam surat annisa' 82, “ maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-qur’an ? kalau kiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak” lagi pula, kalau toh para sahabat kala itu berbeda dalam ma'ani al-qur'an bukannya lafadz, maka mustahil rasul membenarkannya, bahkan sampai menyuruh mereka menetapi bacaannya masing-masing, padahal nabi tidak mungkin memberikan sebuah keputusan atas suatu masalah dalam satu waktu dengan dua keputusan sekaligus dan beliau juga melarang hal itu pada ummatnya.
Sudah dimaklumi bahwa perdebatan antar sahabat bukanlah dalam segi tahlil (penghalalan), tahrim, wa'ad, wa'id, dan sesamanya karna hal itu mustahil akan dibenarkan oleh rasul. dan lagi, para sahabat antara satu sama lain tidak ada yang mengingkari bahwa Allah berhak memerintah, melarang, menjanjikan hambanya yang taat, mengancam yang berbuat maksiat menurut kehendaknya, memberi mau'idhah pada nabinya dan memberikan perumpamaan-perumpamaan untuk hambanya. Mungkinkah mereka bersengketa dalam mas'alah tadi yang jelas-jelas mereka tidak berani menggugat hak otoritas tuhan yang maha berkehendak ? Masih mungkinkah mereka berbeda dalam membaca ma'ani al-qur'an ?..jelas imposible.
Ada yang menakwili bahwa tujuh huruf itu adalah, ada tujuh bahasa yang terdapat dalam Al-Qur'an yakni tujuh ibarat dari bahasa-bahasa yang berbeda dari qabilah arab, namun yang mendominan adalah berupa dialek Qurais. Menurut Ibnu Atiyyah “maksud dari hadits “'ala sab'ati ahruf” bahwa didalam Al-Qur'an terdapat tujuh ibarat dari bahasa tujuh qabilah arab, kadang Al-Qur'an menggunakan satu ibarat dari bahasa quraisy, dalam redaksi lain dengan bahasa hudzail, meninjau mana yang lebih fasih dan lebih I'jaz satu sama lain, seperti cerita salah seorang sahabat yang tidak mengetahui arti dari lafadz “fatara” dan setelah beliau melihat persengketaan orang 'arabi yang berebut air di sebuah sumur, salah satunya berkata “Ana Fathartuha” yakni “Ana Ibtada'tuha” dari sini sahabat itu mengetahui makna fathara yang ternyata bermakna ibtada'a (yang memulai pertama kali).
Pendapat ini jelas membuahkan kerancuan idiologi, yakni tidak bisa menselaraskan ide tersebut dengan persengketaan sahabat yang kemudian masing-masing dibenarkan oleh nabi. Karna mereka tidak mungkin bersengketa kalau yang dibaca adalah ayat dan surat yang berbeda dan lebih mustahil lagi masalah pembenaran yang dilakukan oleh nabi.
Antara Qiro'ah Sab'ah Dan Sab'atu Ahruf
Sebagian ulama' mengatakan bahwa tujuh huruf itu masih ada dan tetap eksis sampai sekarang yang kini popular dengan sebutan Qiroah Sab'ah. Inipun juga tidak berdasar kalau tujuh huruf itu di artikan sedemikian, lalu bagaimana dengan qiro'ah asyroh yang tetap boleh dibaca, sekalipun bukan tawatur apakah itu bukan Al-Qur'an?
Timbulnya qira'ah sab'ah adalah setelah masa tersebarnya mushaf yang di sebarkan oleh sayyidina utsman ra di berbagai pusat Negara islam, jadi bukan bermula pada masa hidupnya nabi, melaikan pada abad pertama dan tersiar setelah abad kedua.
Tersebutlah tujuh orang imam yang masyhur ahli qira'ah yang dikemudian hari terkenal dengan qiro'ah assab'ah, karena masing-masing teliti dalam meriwayatkan qiro'ah yang bermuara dari nabi Muhammad dan sesungguhnya masih ada tiga lagi imam yang lebih dikenal dengan qiraah asyrah sekalipun riwayat mereka tidak mencapai derajah mutawatir namun bacaan mereka tetaplah di akui berbeda dengan qiroah asyara yang dikenal dengan qiroah syadznya, oleh sebab itu adanya qiro'ah sab'ah itu tidak ada sangkut pautnya dengan hadits nabi mengenai tujuh huruf dalam Al-Qur'an, melainkan memiliki dasar tersendiri.
Sayyidina utsman ra tidaklah melakukan penyatuan yang nyata dalam menulis mushafnya, namun beliau masih menyisakan bacaan yang berbeda dalam segi qira'ah dan ada` yang merupakan bagian dari salah satu tujuh huruf yang dimiliki Al-Qur'an, karna memang tulisannya tidak berbeda dan cocok dengan khot mushaf utsmani yang disepakati oleh sahabat. Jadi yang dihapus itu bukan secara mutlak. tapi secara global, dengan artian yang menyalahi huruf quraisy dan tidak bisa dita'wil saja. Tanpa memandang apakah penghapusan itu terjadi pada masa rasul atau setelahnya
Penulisan mushaf utsmani yang ketika itu dengan khot kufi, tanpa titik dan harakah adalah untuk mengakomodasi terhadap sab'atu ahruf, agar huruf yang berbeda dengan dialek quraisy (dalam segi titik dan harakah) namun bentuk tulisannya sama, bisa dicakup, seperti lafadz ننشزها yang dibaca ننسزها , sedangkan yang berbeda hurufnya seperti lafadz ووصى dengan وأ وصى maka ditulis dalam mushaf lain, Seperti lafadz " بالزبر وبالكتاب " dengan tambahan ba' dalam mushaf yang dikirimkan ke kota Syam, dan lafadz " تجري من تحتها الأنهار " dengan tambahan huruf  من dimusahaf al-makki. Oleh karena itu syarat untuk bacaan shahih diharuskan sesuai dengan salah satu dari tujuh mushaf yang ditulis oleh sayyidina utsman tersebut dan bagi yang menyalahi maka dikatakan syadz karma menyalahi tulisan yang sudah mujma' 'alaih (disepakati).
Imam makki bin abi thalib mengatakan bahwa qira'at yang kini masyhur dibaca dan disahkan riwayatnya dari para imam itu adalah sebagian dari tujuh macam huruf yang sesuai dengan huruf ketika Al-Qur'an diturunkan, namun bukan berarti yang dimaksud tujuh huruf adalah tujuh qiraah ini melainkan sebagian / diantaranya.
Penghapusan
Kadang ada yang masih terasa janggal dipikiran kita, seperti apa contoh dari tujuh bahasa itu, kenapa yang tersebar Cuma satu, kemudian yang enam kemana, apakah di hapus lantas tidak diberlakukan lagi ? atau malah terlupakan, terus apakah ummat ini telah menyia-nyiakan sesuatu yang seharusnya dijaga ? what happen ?
            Sebenarnya perihal ini pun masih khilaf yang pertama menyatakan tidak dihapus, pun pula ummat ini tidak masuk dalam katagori menyianyiakan Al-Qur'an yang seharusnya dijaga. Memang benar ummat ini diperintah untuk menjaga Al-Qur'an, Hanya saja mereka diberikan pilihan salah satu hurufnya saja, seperti halnya seorang yang melanggar janji, maka ia diberikan pilihan satu dari tiga sangsi antara membebaskan budak, puasa atau memberikan makanan, begitu pula dalam masalah ini, dengan menjaga satu saja maka sudah cukup, lagi pula bahasa qurais adalah yang asli.
Menurut Abu bakar bin 'arabi “ semua bahasa dan qira'ah gugur kecuali apa yang tertulis dalam mushaf utsmani atas kesepakatan para sahabat sedang izin untuk membaca yang lain sebelum itu telah habis”.
Qurthubi dengan dukungan nawawi dan thabari menyatakan bahwa “kelonggaran dengan membaca tujuh huruf adalah disebabkan lemahnya mereka untuk memaham dan membaca Al-Qur'an dengan bahasa lain karna mereka adalah komunitas ummy jarang sekali ada yang bisa tulis menulis, sehingga sulit bagi mereka untuk mempelajari bahasa asing maka mereka diberikan rekomendasi untuk membaca Al-Qur'an dengan bahasa yang berbeda namun tetap dengan artian yang sama dan tentunya atas didikan dan tuntunan rasul, setelah banyak dari mereka menguasai bahasa quraisy maka mereka tidak lagi diperkenankan membaca dengan bahasa yang berbeda”.
Ketika sayyidina utsman ra mengerahkan prajurit syam dan irak untuk memerangi penduduk Armenia dan adzribaijan, datang sahabat hudzaifah bin tsabit menghadap beliau dan menghabarkan bahwa pasukan muslimin berselisih mengenai bacaan Al-Qur'an, untuk itu dia menganjurkan agar kholifah mengirimkan mushaf yang pernah ditulis pada masa abu bakar ke berbagai kota yang berselisih untuk disatukan (disamakan) bacaannya, supaya nantinya tidak sama dengan kaum yahudi yang yang berselisih dalam urusan kitab mereka.
            “apabila kalian berselisih tentang suatu bacaan maka hendaklah kalian tulis dengan dialek quraisy, karna Al-Qur'an diturunkan dengan bahasa quraisy” begitulah pesan utsman kepada juru salin mushaf, kemudian mushaf-mushaf itu di sebarkan ke kota makkah, basrah, kufah, syam dan satu beliau simpan sendiri (di madinah) dan disebagian riwayat disebutkan tujuh salinan, dua lainnya ke yaman dan Bahrain. Pada waktu itu beliau memerintahkan agar naskah Al-Qur'an yang sebelumnya dibakar agar menyatu pada satu mushaf yang asal, sebelum diberikan rekomendasi membaca dengan berbagai macam dialek yang berbeda, yaitu Al-Qur'an dengan dialek quraisy yang dulunya tersimpan rapi dirumah hafshah. sekaligus untuk meredam perselisihan antara ummat islam dalam membaca ayat Al-Qur'an.
Dari sini sebagian ulama mengatakan bahwa enam huruf selain dialek quraisy itu kini telah dinusakh dengan sendirinya setelah hilangnya masyaqqah yang ada, karna rukhsoh, ketika sababnya telah sirna, maka kembali pada hukum asal, yaitu bacalah Al-Qur'an dengan satu huruf, bahasa quraisy tempat nabi diutus dan Al-Qur'an diturunkan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits nabi “qurasy afshahu lisanan” bahasa quraisy adalah yang terfasih bahasanya.
Ulama' yang mengatakan terhapusnya huruf yang enam pun masih berselisih apakah penghapusan terjadi pada masa nabi atau setelahnya namun kebanyakan lebih condong bahwa penghapusan itu terjadi pada masa rasul.
Tujuh bahasa itu selesai dan habis masa berlakunya ketika pengumpulan mushaf pada satu huruf dilakukan demi menghilangkan persengketaan, karna pertama kali Al-Qur'an diturunkan dengan bahasa quraisy, kemudian diperbolehkan bagi orang arab yang mana Al-Qur'an diturunkan kepada mereka dan sekaligus mereka sebagai sasaran khitab ketika itu, untuk membaca dengan bahasa mereka masing masing yang telah menjadi perkataan sehari-hari walaupun berbeda dalam lafadz dan I'rabnya, dan tidak ada paksaan bagi mereka untuk membaca dengan bahasa lain, Karena hal itu menyulitkan bagi mereka, kemudian rasul wafat sedang setiap sahabat memegang bacaan yang telah diajarkan oleh beliau walaupun berbeda dengan sahabat yang lain hal inilah yang kemudian menyebabkan persengketaan antar sahabat yang tidak mengetahui akan adanya tujuh bahasa yang diinformasikan oleh nabi, karna disibukkan dengan peperangan.
“Unzilul qur'an 'ala sab'ati ahruf” al-Qur'an diturunkan dengan tujuh huruf, begitulah sabda nabi menyikapi berdebatan para sahabatnya yang berselisih dalam perbedaan bacaan ayat, namun ketika mereka kembali berselisih karna adanya tujuh huruf ini, maka para pemuka shahabat kala itu sepakat untuk mengembalikannya pada satu huruf dan mengumpulkannya dalam mushaf yang sampai kini terkenal dengan sebutan mushaf utsmani. Itulah Al-Qur'an yang sering dikoreksi oleh malaikat jibril sekali dalam setahunnya tiap bulan ramadlan dan dua kali untuk yang terakhir kali. Wallahu a'lam.

1 comments:

ustad tolong buatkan blog tentang kontroversi ulama seputar qira'at syadz

Post a Comment