Wednesday, July 25, 2012

TARBIYAH ISLAMIYAH, Pendidikan Dalam Pandangan Islam


Pendidikan berasal dari kata Paidagogos, bahasa yunani yang berarti "Pelayanan terhadap anak" yang kemudian di inggris-kan menjadi Paidagogis, dan di Indonesia kata ini menjadi "Pendidikan", pendidikan secara terminology mempunyai arti "Bantuan yang di berikan kepada anak secara sadar dan sistematis yang dilakukan oleh orang yang bertanggung jawab".

Pendidikan (tarbiyah) sangat identik dengan mencari ilmu (Tholabul Ilmi) atau pembelajaran (Ta'allum), meskipun nyatanya, ada sedikit perbedaan dalam segi keumuman kata pendidikan yang lebih luas jangkauannya dari pada pengajaran.

            Mengapa manusia mesti belajar? bukankah manusia adalah makhluk yang paling sempurna?, jelas manusia harus belar dan mengembangkan pola pikirnya karna manusia beda dengan makhluk tuhan yang lainnya, manusia tidak sama dengan Bebek yang seketika keluar dari cangkangnya ia langsung berenang di sungai, kita tidak pernah mendengar ada ceritanya ada bebek tenggelam saat mencoba belajar renang atau ada bebek yang belajar renang dengan memakai ban, jelas tidak. Manusia juga sangat berbeda dengan kambing, anak kambing yang masih berumur beberapa menit itu langsung bisa berjalan normal, jelas tidak pernah ada kambing yang digendong oleh induknya atau malah di ajarin cara berjalan. Manusia jelas berbeda dari keduanya, ia harus di ajari cara berjalan, berbicara, menulis, berkreasi dan lain sebagainya, "tidak ada bayi yang seketika lahir langsung jadi cendikiawan, ilmu itu bukanlah sebab keturunan tapi ilmu diperoleh dengan dicari dan dipelajari" begitulah pesan as-Syafi'I.     



Pendidikan Islami

Islam mengajarkan metodologi "long live education" (Tholabul ilm minal mahdi ilal lahdi) kepada pemeluknya bahkan, bisa dikatakan keharusan (faridlah)  tanpa membedakan jenis kelamin, suku, dan latar belakang dan ekonomi, karna untuk mengetahui agama dan seluk beluknya haruslah melalui proses pembelajaran terlebih dahulu.

Imam syafi'I mengatakan, untuk mencapai puncak ilmu, seorang murid haruslah memenuhi (6) persyaratan berikut,

1). Kepandaian.  Kenapa? bukannya memilih kasih terhadap yang punya otak encer dan mengesampingkan yang TelMi, melainkan dikarenakan kecerdasan adalah sarana utama untuk memahami, mencerna dan menghafal materi dan keterangan dari guru.

Pendidikan dalam islam lebih mengkhususkan bagi murid yang mendapat karunia otak cemerlang untuk bisa mempelajari, mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan agama karna mereka layak dan pantas untuk itu, karena merekalah generasi penerus dari ulama' pendahulu, merekalah pemegang tongkat estafet keilmuan islam, kalau bukan mereka lalu siapa lagi?.

Dan bagi mereka yang kurang mampu dalam taraf berpikirnya karena cuma dikaruniai IQ yang pas-pasan atau bahkan dibawah standar maka cukup baginya mengetahui ilmul hal (kewajiban keseharian yang musti ia kerjakan) saja, setelah itu maka dia akan diarahkan pada pekerjaan dan kerajinan tangan lainnya, ketahuilah kehidupan akan terus berputar dengan stabil bila ada yang bekerja dan ada yang menuntut ilmu.

2). Sungguh-sungguh / Kemauan yang keras.  mungkin memang syarat yang satu ini adalah kunci dari keberhasilan, karna disamping keinginan, seorang murid juga harus mempunyai kemauan untuk mencari ilmu, karna tanpa kemauan yang keras maka omong kosong murid akan menggapai tujuannya, bukankah dengan sungguh-sungguh keinginan akan tercapai

3). Sabar.  sabar bukan berarti rela bila tertinggal, tapi sabar di sini adalah tidak gelisah dan kalah oleh hawa nafsu ketika dalam mencari ilmu menemukan kesulitan, apalagi sampai putus asa yang jelas dilarang oleh agama, itulah sabar yang Allah sebut dalam firmannya "maka bersabarlah sesungguhnya sabar itu baik"

4). Bekal. Seorang murid yang aktifitas belajarnya terganggu oleh materi jelas hasilnya berbeda dengan murid yang konsentrasi penuh pada pelajarannya, disinilah kaidah "menyibukkan diri dengan sesuatu yang bukan tujuannya dapat memalingkan dari maksud dan tujuan awal" menjadi nyata.

5). Petunjuk Guru, dan 

6). Waktu yang Lama.



Bangkitlah dengan pendidikan

Pendidkan adalah sarana paling tepat dan ideal untuk membangun dan mencetak generasi bangsa yang unggul dan memiliki potensi memadai untuk membangun negeri kelak, karna mereka adalah calon para tokoh dan pemimpin dimasa mendatang " شبان اليوم رجال غد ". memang kita tidak bisa mengingkari para pejabat saat ini dulunya juga pernah duduk manis dibangku sekolah seperti kita hanya saja yang membedakan mereka dengan teman semasanya adalah kemauan dan kerja keras untuk maju dan tampil sebagai Rijal dimasa mendatang, itulah bedanya, namun pendidikan pulalah yang menyeret mereka pada prilaku sewenang wenang  dan bersikap apriori terhadap bawahannya, mereka tidak di didik dengan ilmu agama dan taqwa.

Pendidikan juga sebagai sarana dakwah untuk meluruskan pemahaman dan aqidah siswa, para kiai dengan pesantrennya, ustadz dengan madrasahnya jelas mempunyai tujuan dan arah yang sama untuk kesana, menanamkan dan memperbaiki aqidah dan spiritual anak asuhnya sekaligus membentengi diri dari paham sesat pemikiran barat dan ideology pemikiran bebas mereka. Islam tidaklah memandang sebelah mata dalam urusan kebahagiaan hidup tapi dengan keduanya sekaligus yaitu bahagia dunia dan akhirat yang di ridloi, oleh sebab itu, didalam pendidikan islam tidak terlihat menganak tirikan satu kebahagiaan demi kebahagian yang lain "bekerja seakan hidup selamanya dan beribadah seakan esok ajal menjemput",  islam sangat menjunjung tinggi terhadap ilmu dan orang yang berilmu, bagi mereka yang ingin maju dan tidak terlindas oleh putaran sains dan teknologi yang demikian pesatnya adalah harus dengan terus belajar dan mengembangkan cara berfikirnya, meningkatkan kecerdasan IQ dan EQ yang ditopang dengan SQ tentunya.

Peran seorang pemuda sangatlah berpengaruh bagi kemajuan bangsanya baik saat itu maupun kelak, syekh musthafa al-Ghalayain menyatakan "sesungguhnya dalam diri kalian wahai generasi bangsa, ummat ini dipertaruhkan dan kebangkitannya terdapat pada kemauan dan kebangkitan kalian ", ada sebuah cerita yang mendukung pendapat al-Ghalayain ini, yaitu tentang seorang raja yang ingin mengetahui kepatuhan rakyatnya, raja tersebut memerintahkan pada setiap warga untuk membawa sesendok madu untuk di tuangkan kedalam sebuah kendi besar yang terletak di sebuah bukit tepat pada tengah malam, al-kisah terdapat seorang pemuda disuatu dusun yang tidak mematuhi titah sang baginda raja, dia berpikiran bahwa sesendok air miliknya tidak akan berpengaruh pada sekendi madu yang dituangkan oleh orang banyak lagi pula pekat malam akan menyelimuti air yang di bawanya sehingga tidak akan ada seorangpun yang mengetahuinya, akhirnya yang terjadi adalah, seluruh isi kendi itu penuh dengan air, kenapa ? karena setiap orang berpikiran sama yaitu biar orang lain saja yang memenuhi titah sang raja bukannya aku, dari sini jelas bahwa tanpa ada satupun orang yang sadar akan kewajibannya maka yang lain demikian pula adanya, satu bangkit maka insyaallah yang lain akan mengikuti, demikian pula sebaliknya.



Guru Sebagai Pemegang Kendali

Pendidik atau guru semestinya tidak sekedar mengisi kekosongan kelas atau menghindari absen guru, karna seorang guru selain bertugas menyampaikan materi ia juga dituntut mengajarkan budi pekerti yang luhur, segaimana kata Guru yang berarti di GUgu dan di tiRU, di dalam ilmu hadist, seorang perowi yang melakukan tindakan yang tercela atau perbuatannya tidak sesuai dengan apa yang ia sampaikan, maka hadist yang ia sampaikan dikatagorikan hadist dho'if bahkan dirinya di cap sebagai orang fasik, begitu pula seorang guru yang tidak menjadi uswah hasanah bagi peserta didiknya, ilmu yang ia berikan tidak akan banyak bermanfaat bagi mereka, dan karna kata-kata seorang guru adalah pedoman bagi murid maka hati hatilah dalam mendidik.


                                                                       28-Jumadal Ula-1428 H.

0 comments:

Post a Comment